Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Grasindo
ISBN : 9786022510864
Published July 2013
Paperback, 203 hlm
Konichiwa! Selamat datang di Evergreen, kafe es krim penuh pelayan baik hati, lagu The Beatles akan melengkapi hari-harimu. Tempat yang menghangatkan, bahkan bagi seorang gadis pengeluh dan egois sepertimu, Rachel!
Di kafe itu, kau menemukan sebuah dunia baru, juga pelarian setelah dipecat dari pekerjaanmu. Menurutku itu bagus! Apa enaknya sih kerja jadi editor?
Namun, sebenarnya butuh berapa banyak kenangan dan sorbet stroberi untuk mengubah sifat egoismu? Atau yang kau butuhkan sebenarnya hanya kasih sayang? Mungkin dariku, si pemilik kafe? Hmmm?
Mereka berkumpul di Evergreen. Ada Yuya dengan alasannya mendirikan kedai Evergreen. Fumio yang selalu tersenyum dibalik kisah keluarganya yang rumit. Toichiro-san pelanggan tetap yang selalu datang setiap hari dibalik buku Ryunosuke. Dan Kari, pelayan wanita satu-satunya sebelum Rachel datang.
“Kau jangan terkejut ya, Ojosan. Orang-orang di kedai ini memiliki kesulitan yang mungkin tidak dialami orang lain. Tapi kami selalu berusaha untuk tersenyum. Demi semua yang kami cintai.”
Rachel datang ke kedai itu dengan sekelumit masalah hidupnya. Dia dipecat dari kantor idamannya, Sekai Publisher sebagai editor novel misteri. Di Evergreen Ia merasa mendapat kehangatan, semua orang di dalam kedai itu terlihat begitu bahagia di mata Rachel. Meski ternyata mereka mempunyai latar belakang yang lebih menyedihkan dari pada dirinya.
Sesuai janji pada diri sendiri, aku akan berburu novel kak Prisca karena suka dengan gaya menulisnya. Dan ini yang kedua kalinya. Tetapi kali ini, lebih suka!
Sama seperti French Pink, novel ini juga menampilkan kisah sendu dalam hidup. Bedanya, aku masih bisa merasakan yang manis dalam Evergreen. Lewat manisnya ice cream, waffle dan segala jenis dessert yang ditawarkan dan dibuat dengan hati. Rasa semua menu itu kontras dengan rasa kehidupan orang-orang yang membuatnya. Dan ini lah yang unik!
Aku suka dengan cara penulis membuka kepingan-kepingan kisah tokohnya seolah membuka kasus detektif misteri. Pelan, dan hati-hati. Ah, satu lagi; dengan hati.
Ada banyak yang ingin disampaikan penulis lewat kisahnya dibalik cover hijau—tapi kalem ini. Dan yah, pembaca bisa menyimpulkan sendiri setelah menamatkannya. Kalau aku sendiri sih, merasa harus lebih menghargai hidup dan kesempatan.
Tetapi entah kenapa chemistry antara Yuya dan Rachel kurang berkesan ya buat aku. Atau mungkin fokusku yang sudah diambil oleh kisah Fumio dan Toshi?
Ada satu yang sangat disayangkan, fontstyle. Unik dan terlihat lucu, memang. Tapi terlalu kecil dan bikin ga nyaman baca. Beruntung, karena larut dalam kisahnya, aku tidak terlalu memperdulikannya.
Dan berhubung kisahnya mengambil setting jepang—dengan satu fakta bahwa aku cukup buta tentang negara itu—aku merasa tidak tahu menahu tentang kekurangan dalam risetnya. Tetapi satu, footnote-nya kurang lengkap untuk pembaca seperti saya, Kak. Ehe.
Worth, 4 bintang!
0 komentar:
Posting Komentar