“LET’S START MAKING WITH YOUR HEART, THEN YOUR HANDS WILL BREW ALL THE REST”[1]“Tiramisu, yang ‘paling’ pahit. Dan latte.” Aku menekankan kata ‘paling’ kemudian memilih kursi di pojokan.
***
Malam semakin larut, kafenya sebentar lagi tutup. Ia tersenyum bangga melihat satu per satu pengunjungnya keluar dengan sumringah. Wajah - wajah yang kenyang dengan puas. Tetapi tersisa satu di pojokan. Sosok gadis berpakaian kasual dengan rambutnya yang dibiarkan terurai. Cantik, tapi... ada apa dengan mukanya yang sedih itu? Penasaran, Angga melihatnya lebih dekat. “Ada apa? Rasanya—tidak enak?”
“Enak. Tiramisunya mengerti aku sangat baik.” Kata gadis itu.
‘Lalu... kenapa?’ Angga membatin. Dilihatnya gadis itu melayangkan garpu berisi secuil tiramisu ke dalam mulutnya. Masih dengan ekspresi yang sama.
“Ehm.. kau boleh menceritakannya. Biar lebih plong,” Tidak ada respon. Gadis itu sibuk mengunyah makanannya.
“Anggap saja kau bercerita kepada tiramisumu. Dia yang paling mengerti, katamu tadi?" Angga melanjutkan pembicaraannya.
Satu, dua, bahkan hampir setengah jam waktunya dihabiskan mendengarkan gadis itu. Ceritanya, Ia baru saja putus dengan pacarnya. Alasannya klasik, tapi entah kenapa—sukses menarik simpati Angga.
“Kau tau apa makna ‘Tiramisu’?” Lelaki pemilik kafe itu mengalihkan pembicaraan.
Gadis di hadapannya mendongak, sedetik kemudian mata mereka saling bertaut.
“Dalam Italia, maknanya ‘jemputlah aku’.”
Gadis itu tersenyum tipis. Tapi manis.
“Dan aku punya satu rahasia lagi. Mau tau?”
Gadis itu mulai terlihat penasaran.
“Aku yang membuat pesananmu.”
Gadis itu tersenyum. Lebih manis dari sebelumnya.
***
“Aku, Angga.”“Gina.” Kami berjabat tangan. Berkenalan.
Kata takdir, dia menjemputku lewat tiramisunya. Dan katanya lagi, dia yang akan mengantarku ke bahagia.
Itu pertemuan pertama kami, di kafe yang hampir tutup.
---------------------------------------
[1] : State name kafe di Bangkok.
285 kata dengan judul.
Diikutkan pada giveaway #FlashFictionYummyLit
0 komentar:
Posting Komentar