Judul : sHe
Penulis : Windhy Puspitadewi
Penerbit : Gramedia
Halaman : 248 hlm
Cetakan ketiga, Juli 2015
Dhinar dan Dinar bukan saudara kembar. Mereka memiliki sifat, pola pikir, dan kehidupan yang berbeda, bahkan bisa dikatakan bertolak belakang. Jika Dhinar pendiam, kutu buku, sinis, tertutup, dan sangat cerdas, maka Dinar sebaliknya. Kebetulan saja nama mereka mirip, hanya terpaut satu huruf "H". Kesukaan mereka pada manga dan anime-lah yang membuat mereka akhirnya bertemu. Dan cerita pun dimulai dari sini...
Ini kedua kalinya saya membaca novel kak Windhy, setelah Seandainya... Tetapi, She ini yang lebih dulu terbit ya? Mungkin benar, karena saya jauh lebih suka yang pertama kali saya baca. Saya membaca novel ini bermaraton ria di iJak. Awalnya saya penasaran karena kabarnya dulu novel ini sempat membuat saya penasaran. Tetapi setelah membaca, jujur saya sedikit kecewa.
Entah karena ekspetasi saya yang berlebihan karena novel ini sukses cetak ulang di tahun 2015, atau mungkin karena saya gagal mendapat kesan setelah membacanya.
Karakter tokohnya menurut saya hampir sama sih ya, sekalipun dalam deskripsi sudah berulang kali ditekankan bahwa mereka berbeda. Pembawaan semua karakter dewasa. Padahal setting novel masa-masa putih abu-abu. Sangat disayangkan, karena saya pikir tidak seharusnya begitu.
Kefanatikannya dengan jepang sungguh terlihat disini. Banyak hal berbau jepang yang diselipkan, tetapi kenapa saya merasa hanya sekadar tempelan ya? Atau mungkin saya saja ya?
Di beberapa sisi, saya tidak setuju dengan pendapat penulis lewat tokoh buatannya. Tetapi di sisi lain, saya juga setuju tentang apa yang ingin disampaikan dari novel ini; bahwa hidup kita adalah milik kita, bukan orang lain. Dan kita berhak memperjuangkannya di jalan kita sendiri.
Worth, 1/5!
0 komentar:
Posting Komentar