"Aku bingung kenapa orang-orang menyukai sunrise dan sunset. Buhkankah mereka hanya fenomena alam yang hanya terlihat sementara? Kenapa kau tak menyukai hal yang selamanya? Bukankah itu lebih bagus?" - hlm. 11Gloria, ia tak menyukai senja. Baginya senja hanya akan memadamkan semua harapannya. Namun, kini seorang lelaki senja hadir dan menelusup ke dalam hatinya.
Avond, seorang lelaki yang mencintai masa lalunya. Sengenggam cinta yang tak tersampaolam. sebongkah rindu yang tak pernah usai. Tapi, itu dulu, sebelum gadis fajar itu muncul di hadapannya.
Kisah gadis fajar dan lelaki senja. Ke mana cinta mereka bemuara? Ataukah mereka akan seperti fajar dan senja yang tak pernah bertemu?
Bisa dibilang cerita yang cukup mainstream. Ketika kedua tokohnya bertolak belakang. Tentang fajar dan senja. Tetapi penulis mencoba mengemas 'yang berbeda' lewat buku ini.
Gloria Reytafa, namanya sarat akan fajar--seperti bunga gloria.
Avond van der Linden, pun dengan namanya yang sarat akan senja.
Keduanya sama, karena lahir di waktu senja dan fajar. Dari blurb, mungkin pembaca--termasuk saya, berpikir bahwa ini tentang kisah kasih Gloria dan Avond. Tapi ternyata salah! Siapa sangka? Saya pun sempat tertipu!
Di bab awal, semuanya berjalan cukup lancar. Saya menyukai gaya menulis Devi Eka yang penuh deskripsi. Tetapi untuk beberapa dialog tokoh, beberapa lebih terkesan puitis--tidak logis untuk kehidupan nyata. Banyak juga dari penuturan-penuturannya terlalu belebihan dan kurang berpengaruh pada plot. Ini cukup membuang waktu dan halaman.
Alurnya penuh twist memang. Tetapi terlalu mendadak. Di pertengahan, banyak 'kebetulan' yang terjadi. Yang bahkan belum diceritakan di bagian awal. Jalinan benang merah antar latar belakang tokoh juga masih kurang. Bahkan bisa dibilang bertele-tele dan masih mengambang. Terlebih saat Gloria dan Avond yang dinyatakan keduanya jatuh cinta, padahal masih di awal bab dan tidak ada chemistry selama mereka bertemu.
Tentang settingnya, saya kurang merasakan keberadaan mereka di Belanda. Masih ada yang kurang dalam penempatan tokohnya. Mungkin karena settingnya tidak berpengaruh pada plot. Atau deskripsi settingnya yang kurang.
Dan untuk tokoh serta penokohannya masih kurang berchemistry. Karakternya kurang dalam dan belum bisa menjejak pada pikiran pembaca.
Penulis menggunakan alur maju mundur tetapi masih kurang rapi. Sesekali saya dibuat bingung ketika ternyata terjadi pergatian adegan, yang masih dalam subbab yang sama.
Yang menarik, ada beberapa perdebatan filosofi antar tokohnya. Tetapi, pernyataan argumen itu kurang kuat karena seakan hanya ucapan, tidak ada aksi atau kebiasaan tertentu.
"Fajar dan senja tidak akan pernah menyatu. Mungkin kami seperti itu. Kami ditakdirkan tidak untuk saling melengkapi, tapi untuk saling berbagi. Bukan untuk satu sama lain, tapi untuk dengan yang lain."Judul : Morning, Gloria. Destiny of twilight and the dawn.
Penulis : Devi Eka - @vivi_mutz
Desainer Cover : Aan_Retiree
Layouter : Fitri Raharjo
Penerbit : de Teens
Worth 2 from 5. Keep writing on, Kak!
0 komentar:
Posting Komentar